Menggunakan Siwak dan Pasta Gigi[1].
Fatwa Syekh DR. Yusuf al-Qaradhawi.
Pertanyaan:
Apa hukum menggunakan siwak bagi orang
yang berpuasa? Dan penggunaan pasta gigi?
Jawaban:
Dianjurkan menggunakan Siwak sebelum Zawal
(tergelincir matahari). Adapun setelah tergelincir matahari, para ahli Fiqh
berbeda pendapat. Sebagian mereka menyatakan makruh hukumnya menggosok gigi
setelah tergelincir matahari bagi orang yang berpuasa. Dalilnya adalah hadits
Rasulullah Saw:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ
عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Demi jiwaku berada di tangan-Nya, bau
mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah Swt daripada semerbak
kasturi”. (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah). Menurut pendapat ini, harum
semerbak kasturi tidak baik jika dihilangkan, atau makruh dihilangkan, selama
bau tersebut diterima dan dicintai Allah Swt, maka orang yang berpuasa
membiarkannya. Ini sama seperti darah dari luka orang yang mati syahid.
Rasulullah Saw berkata tentang para syuhada’:
زَمِّلُوهُمْ
بِدِمَائِهِمْ وثيابهم، فَإِنَّما يبعثون
بها عند اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اللَّوْنُ لَوْنُ دَمٍ وَالرِّيحُ رِيحُ
الْمِسْكِ
“Selimutilah mereka dengan darah dan
pakaian mereka, karena sesungguhnya mereka akan dibangkitkan dengannya di sisi
Allah Swt pada hari kiamat, warnanya warna darah dan harumnya harum semerbak
kasturi”. Oleh sebab itu orang yang mati syahid tetap dengan darah dan
pakaiannya, tidak dimandikan dan bekas darah tidak dibuang. Mereka
meng-qiyaskan dengan ini. Sebenarnya ini tidak dapat diqiyaskan dengan bau
mulut orang yang berpuasa, karena ada kedudukan tersendiri. Sebagian shahabat
meriwayatkan, “Saya seringkali melihat Rasulullah Saw bersiwak ketika beliau
sedang berpuasa”. Bersiwak ketika berpuasa dianjurkan dalam setiap waktu, pada
pagi maupun petang hari. Juga dianjurkan sebelum atau pun setelah berpuasa.
Bersiwak adalah sunnah yang dipesankan Rasulullah Saw:
السواك
مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
“Siwak itu kesucian bagi mulut
dan keridhaan Allah Swt”. (HR.
an-Nasa’I, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih mereka.
Diriwayatkan al-Bukhari secara mu’allaq dengan shighat Jazm).
Rasulullah Saw tidak membedakan antara puasa atau tidak berpuasa.
Adapun
pasta gigi, mesti berhati-hati dalam menggunakannya agar tidak masuk ke dalam
sehingga membatalkan puasa menurut mayoritas ulama. Oleh sebab itu lebih untuk
dihindari dan ditunda pemakaiannya setelah berbuka puasa. Akan tetapi jika
dipakai dan bersikap hati-hati, namun tetap masuk sedikit ke dalam, maka itu dimaafkan.
Allah Swt berfirman:
4
}§øs9ur
öNà6øn=tæ
Óy$uZã_
!$yJÏù
Oè?ù'sÜ÷zr&
¾ÏmÎ/
`Å3»s9ur
$¨B
ôNy£Jyès?
öNä3ç/qè=è%
4
“Dan tidak ada
dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya)
apa yang disengaja oleh hatimu”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 5). Rasulullah Saw
bersabda:
رُفِعَ عَنْ أُمَّتِى الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
“Diangkat dari umatku; tersalah, lupa
dan sesuatu yang dipaksa untuk melakukannya”. Wallahu a’lam.
[1] Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, juz.
I (Cet. VIII; Kuwait: Dar al-Qalam, 1420H/2000M), hal. 329 - 330.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar