1 1.
Diberi Tempat Yang Terpuji.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ
يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)
“Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Qs. Al-Isra’
[17]: 79).
2.
Mendapat Naungan
Allah Swt.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى
ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ...وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah Swt pada
hari tidak ada naungan kecuali naungan Allah Swt ... seseorang yang berzikir
dalam keadaan sepi hingga menetes air matanya. (Hadits riwayat al-Bukhari dan
Muslim).
3.
Mendapatkan Syafaat (Pertolongan).
الصِّيَامُ
وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَىْ
رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ.
وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ
النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِى فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
Puasa dan al-Qur’an memberi syafaat pada seorang hamba
pada hari kiamat. Puasa berkata: “Wahai Tuhanku, aku mencegahnya dari makanan
dan syahwat di waktu siang, beri aku syafaat untuknya”. Al-Qur’an berkata: “Aku
mencegahnya untuk tidur di waktu malam, beri aku syafaatnya untuknya”. Puasa
dan al-Qur’an memberikan syafaat untuknya. (Hadits riwayat Ahmad).
4.
Mata Tidak Tersentuh Api Neraka.
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ
اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
“Dua mata tidak disentuh api neraka; mata yang menangis
karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga pada jihad fi sabilillah”.
(Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi).
5.
Mendapat Cinta Allah Swt.
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحِبَّهُ
“Tidaklah Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepadaku
dengan amalan-amalan sunnah, hingga Aku mencintainya”. (Hadits riwayat
al-Bukhari).
Diantara amalan-amalan sunnah yang utama adalah
Qiyamullail.
6.
Permohonan Dikabulkan.
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ
الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى
يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى
لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
Jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi
pendengarannya dengan itu ia mendengar. Aku akan menjadi penghlihatannya dengan
itu ia melihat. Aku akan menjadi tangannya dengan itu ia menggenggam. Aku akan
menjadi kakinya dengan itu ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, maka Aku pasti
memberinya. Jika ia meminta perlindungan, maka pasti Aku melindunginya”.
(Hadits riwayat al-Bukhari).
7.
Waktu Tenang Untuk Muhasabah.
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا.
“Muhasabahlah diri kamu sebelum kamu dihisab,
timbang-timbanglah diri kamu pada hari ditampakkannya amal. Hisab akan ringan
pada hari kiamat bagi orang yang menghisab dirinya di dunia”. (Hadits riwayat
at-Tirmidzi).
8.
Mendapat Sifat Orang Bertakwa.
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu
pagi sebelum fajar”. (Qs. Adz-Dzariyat [51]: 18).
9.
Waktu Terkabulnya Doa.
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ
يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rahmat Allah Swt turun setiap malam ke langit dunia
ketika tersisa sepertiga malam terakhir, Allah berfirman: “Siapa yang berdoa
kepada-Ku, maka Aku perkenankan untuknya. Siapa yang memohon kepada-Ku, maka
akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun, maka Aku ampuni”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Qiyamullail Rasulullah Saw dan Para Ulama.
عَنْ أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ
رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فِى رَمَضَانَ فَقَالَتْ مَا كَانَ
يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ ، وَلاَ فِى غَيْرِهَا عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
Abu Salamah bin
Abdirrahman bertanya kepada Aisyah: “Bagaimanakah shalat malam Rasulullah di
bulan Ramadhan?”.
Aisyah menjawab:
“Rasulullah tidak pernah menambah, baik di Ramadhan atau pun di luar Ramadhan,
lebih dari 11 rakaat”.
(HR. Bukhari dan
Muslim).
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها -
أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ
حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ «
أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا »
Dari Aisyah,
Rasulullah Saw shalat malam hingga bengkak kedua kakinya.
Aisyah bertanya:
“Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni
dosamu yang lalu dan yang akan datang?”.
Rasulullah Saw
menjawab: “Aku ingin menjadi hamba Allah yang bersyukur”. (HR. Al-Bukhari).
وكان ابن معسود رضي الله عنه إذا هدأت
العيون قام فيسمع له دوي كدوي النحل حتى يصبح
Ketika mata
manusia telah lelap, Ibnu Mas’ud bangun, terdengar suara dengungan seperti
suara dengungan tawon, hingga shubuh tiba.
إن سفيان الثوري رحمه الله شبع ليلة
فقال: إن الحمار إذا زيد في علفه زيد في عمله فقام تلك الليلة حتى أصبح
Imam Sufyan
ats-Tsauri makan sampai kenyang pada suatu malam, lalu ia berkata: “Jika seekor
keledai ditambah makanannya, maka ditambah juga bebannya”. Maka ia qiyamullail
malam itu sampai shubuh.
وقدم بعض الصالحين من سفره فمهد له
فراش فنام عليه حتى فاته ورده فحلف ألا ينام بعدها على فراش أبداً.
Ada seorang orang
yang shaleh tiba dari perjalanan jauh, lalu ia diberi kasur, maka ia pun
tertidur pulas hingga ketinggalan qiyamullail. Maka ia bersumpah tidak akan
tidur di atas kasur selamanya.
وكان عبد العزيز بن رواد إذا جن عليه
الليل يأتي فراشه فيمد يده عليه ويقول: إنك للين ووالله إن في الجنة لألين منك ولا
يزال يصلي الليل كله
Abdul Aziz bin
Rawad, jika malam tiba, ia datang ke kasurnya sambil mengulurkan tangannya:
“Wahai kasur, engkau empuk, demi Allah di dalam surga ada yang lebih empuk dari
mu”. Ia pun shalat sepanjang malam.
وقال الحسن: إن الرجل ليذنب الذنب فيحرم به قيام الليل.
Imam al-Hasan
berkata: “Seseorang melakukan perbuatan dosa, maka ia pun tidak diperkenankan
mendapat qiyamullail”.
وكان صلة بن أشيم رحمه الله يصلي الليل
كله فإذا كان في السحر قال: إلهي ليس مثلي يطلب الجنة ولكن أجرني برحمتك من النار
Shilah bin
Asy-yam melaksanakan qiyamullail sepanjang malam. Pada waktu sahur ia berkata:
“Wahai Tuhanku, aku tak layak meminta surga kepada-Mu. Akan tetapi aku memohon
selamatkanlah aku dari neraka-Mu dengan rahmat-Mu”.
وقال الربيع: بت في منزل الشافعي رضي الله عنه ليالي كثيرة فلم يكن
ينام من الليل إلا يسيراً.
Ar-Rabi’ berkata:
“Saya sering tidur di rumah Imam Syafi’i, ia tidur hanya sebentar saja”.
وقال أبو الجويرية. لقد صحبت أبا حنيفة رضي الله عنه ستة أشهر فما
فيها ليلة وضع جنبه على الأرض.
Abu al-Juwairiyah
berkata: “Saya berteman dengan Imam Hanafi selama enam bulan, tidak pernah satu
malam pun ia berbaring di lantai”.
إن وهب بن منبه اليماني ما وضع جنبه
إلى الأرض ثلاثين سنة وكان يقول: لأن أرى في بيتي شيطاناً أحب إلي من أن أرى في
بيتي وسادة لأنها تدعو إلى النوم
Imam Wahab bin
Munabbih al-Yamani berkata: “Lebih baik aku melihat setan di rumahku daripada
melihat bantal, karena bantal itu mengajak tidur”.
وعزتي وجلالي لأكرمن مثوى سليمان التيمي فإنه صلى لي الغدا بوضوء
العشاء أربعين سنة.
Seorang orang
yang shaleh bermimpi mendengar suara Allah berfirman: “Demi keagungan dan
kemuliaan-Ku, Aku muliakan tempat Sulaiman at-Taimi, karena ia shalat shubuh
dengan wudhu’ shalat Isya’ selama empat puluh tahun”.