Sekapur Sirih.
الحمد لله وكفى وسلام على عباده الذين اصطفى
وعلى آله وصحبه أهل التقى والوفا
Segala puja
dan puji hanya milik Allah Swt, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
ke hadirat junjungan semesta alam, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam.
Aqiqah
adalah salah satu dari sekian banyak amalan Sunnah Rasulullah Saw yang harus
terus dilaksanakan dan diwariskan ummat Islam kepada generasi selanjutnya. Namun
dalam pelaksanaannya banyak hal yang tidak sesuai syariat Islam, karena
kelalaian dan kekurangan ummatnya. Semoga buku saku yang singkat ini dapat
menjadi pengingat yang terlupa tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan
Aqiqah.
Akhirnya,
kesempurnaan hanya milik Allah. Semoga ini menjadi amal jariyah yang terus
mengalir, bagian dari ilmu yang bermanfaat, amin ya Robbal’alamin.
Wassalam.
Pekanbaru, 7
Syawal 1433H/25 Agustus 2012M.
Penyusun.
H. Abdul
Somad, Lc., MA.
www.somadmorocco.blogspot.com
Definisi Aqiqah.
Aqiqah menurut bahasa adalah: rambut yang
dibawa janin ketika lahir. Saat rambut tersebut akan dicukur, maka
disembelihkan kambing, maka kambing yang disembelih saat mencukur rambut
tersebut disebut dengan Aqiqah.
Aqiqah menurut istilah adalah:
الذبيحة التي تذبح عن المولود.
Sembelihan yang disembelih untuk anak yang dilahirkan. (Fiqh
Sunnah, Sayyid Sabiq: 3/326).
Dasar Aqiqah.
Aqiqah berdasarkan hadits Rasulullah Saw:
عَنْ سَمُرَةَ
بْنِ جُنْدُبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ
بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى ».
Dari Samurah bin Jundub, sesungguhnya
Rasulullah Saw bersabda: “Setiap anak tergadai dengan Aqiqahnya, maka
disembelihkan untuknya pada hari ke-tujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama”.
(HR. Abu Daud).
Hukum
Aqiqah.
والعقيقة
سنة مؤكدة ولو كان الاب معسرا، فعلها الرسول، صلى الله عليه وسلم، وفعلها أصحابه،
روى أصحاب السنن أن النبي، صلى الله عليه وسلم، عق عن الحسن والحسين كبشا كبشا،
ويرى وجوبها الليث وداود الظاهري.
Hukum Aqiqah itu Sunnat Mu’akkadah, meskipun seorang ayah
dalam kesulitan (ekonomi).
Aqiqah dilaksanakan Rasulullah Saw dan para shahabat. Diriwayatkan
oleh para penyusun kitab as-Sunan bahwa Rasulullah Saw meng-aqiqah-kan Hasan
dan Husein masing-masing satu ekor kambing. Menurut Imam al-Laits dan Imam Daud
azh-Zhahiri hukum Aqiqah itu wajib. (Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq: 3/326).
Hikmah Aqiqah.
Dalam kitab al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 4/285
disebutkan tentang hikmah Aqiqah adalah:
شكر نعمة الله
تعالى برزق الولد، وتنمية فضيلة الجود والسخاء وتطييب قلوب الأهل والأقارب
والأصدقاء بجمعهم على الطعام، فتشيع المحبة والمودة والألفة.
Ungkapan syukur kepada Allah Swt atas diberi rezeki
seorang anak. Menumbuhkan keutamaan berbagi dan sifat kedermawanan. Melembutkan
hati keluarga, kerabat dan para sahabat dengan mengumpulkan mereka dengan makan
bersama. Menebarkan kasih sayang, cinta kasih dan kebersamaan.
Jumlah Kambing Yang Disembelih.
Mazhab Maliki:
Satu ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor
kambing untuk anak perempuan, berdasarkan hadits riwayat Ibnu Abbas:
عق عن الحسن شاة، وعن الحسين شاة
Rasulullah Saw meng-aqiqah-kan Hasan satu ekor kambing
dan Husein satu ekor kambing.
Mazhab Syafi’i dan Hanbali:
Dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor
kambing untuk anak perempuan, berdasarkan hadits riwayat Aisyah:
عن الغلام شاتان مكافئتان، وعن الجارية شاة
“Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama dan
untuk satu orang anak perempuan satu ekor kambing”. (HR. Ahmad dan
at-Tirmidzi).
Berdasarkan
dua hadits diatas, jika disembelihkan satu ekor kambing untuk anak laki-laki,
maka hukumnya sah. Jika disembelihkan dua ekor untuk anak laki-laki, maka
afdhal. Karena hadits riwayat Ibnu Abbas mengandung makna boleh.
Hewan Selain Kambing.
Adapun menyembelih hewan selain kambing, maka pendapat
ulama Fiqh:
فلو ذبح بدنة أو بقرة عن سبعة أولاد، جاز.
Jika disembelihkan satu ekor unta atau satu ekor lembu
untuk tujuh orang anak, maka hukumnya boleh. (al-Fiqh al-Islamy wa
Adillatuhu: 4/286).
Waktu Penyembelihan.
Apakah hari ketujuh menjadi batasan, sehingga kurang atau
lebih dari itu Aqiqah menjadi tidak sah? Ulama Fiqh menjelaskan:
والذبح
يكون يوم السابع بعد الولادة إن تيسر، وإلا ففي اليوم الرابع عشر وإلا ففي اليوم
الواحد والعشرين من يوم ولادته، فإن لم يتيسر ففي أي يوم من الايام.
ففي
حديث البيهقي: تذبح لسبع، ولاربع عشر، ولاحدي وعشرين.
Penyembelihan
Aqiqah itu pada hari ke-tujuh setelah kelahirkan, jika memungkinkan. Jika tidak,
maka pada hari ke-14. Jika tidak memungkinkan, maka pada hari ke-21 sejak kelahirannya.
Jika tidak memungkinkan, maka kapan saja pada hari-hari berikutnya. Dalam hadits
riwayat al-Baihaqi disebutkan: “Disembelihkan pada hari ke-7, ke-14 dan ke-21”.
(Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq: 3/328).
وصرح الشافعية والحنابلة: أنه لو ذبح قبل
السابع أو بعده، أجزأه.
Mazhab Syafi’i dan Hanbali menyatakan: jika disembelihkan
Aqiqah sebelum hari ketujuh atau setelah hari ketujuh, maka tetap sah. (al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu:
4/286).
Aqiqah, Tanggung Jawab Siapa Terhadap Siapa?
Apakah Aqiqah itu tanggung jawab seorang Ayah terhadap
anaknya saja? Atau seseorang dapat meng-aqiqah-kan dirinya sendiri setelah ia
dewasa?
وأضاف
الحنابلة والمالكية: لا يعق غير الأب، ولا يعق المولود عن نفسه إذا كبر، لأنها
مشروعة في حق الأب، فلا يفعلها غيره. واختار جماعة من الحنابلة: أن للشخص أن يعق
عن نفسه استحباباً. ولا تختص العقيقة بالصغر، فيعق الأب عن المولود، ولو بعد
بلوغه؛ لأنه لا آخر لوقتها.
Menurut Mazhab Hanbali dan Maliki: yang meng-aqiqah-kan
hanya ayah saja (terhadap anaknya). Seorang anak tidak meng-aqiqah-kan dirinya
sendiri setelah ia dewasa. Karena pensyariatan aqiqah itu terhadap ayah, tidak
dapat dilaksanakan orang lain.
Sekelompok ulama Mazhab
Hanbali berpendapat: seseorang boleh meng-aqiqah-kan dirinya sendiri,
jika ia ingin melakukannya.
Aqiqah tidak hanya dilakukan saat masih kecil. Seorang ayah
dapat meng-aqiqah-kan anaknya setelah aqil baligh, karena tidak ada batasan
akhir waktu untuk aqiqah. (al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 4/286).
Ucapan Saat Menyembelih Aqiqah.
اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَإِلَيْكَ عَقِيْقَة فُلاَن
“Ya Allah, dari-Mu dan kepada-Mu
Aqiqah si fulan”.
Berdasarkan riwayat al-Baihaqi dengan Sanad yang Hasan.
أن
النبي صلّى الله عليه وسلم عق عن الحسن والحسين،
وقال:
«قولوا: بسم الله ، اللهم لك وإليك عقيقة فلان» .
Diriwayatkan Aisyah bahwa Rasulullah Saw meng-aqiqah-kan
Hasan dan Husein dan berkata: “Ucapkanlah: dengan nama Allah, ya Allah,
untuk-Mu dan kepada-Mu Aqiqah si fulan”.
Hukum Daging
dan Kulit Aqiqah.
حكم
اللحم كالضحايا، يؤكل من لحمها، ويتصدق منه، ولا يباع شيء منها. ويسن طبخها، ويأكل
منها أهل البيت وغيرهم في بيوتهم
Hukum daging Aqiqah sama seperti daging kurban. Dagingnya
dimakan, disedekahkan, tidak boleh dijual meskipun sedikit. Disunnatkan agar
dimasak, dimakan bersama keluarga dan orang lain di rumah.
وأجاز الإمام
أحمد في رواية عنه بيع الجلد والرأس والتصدق به.
Imam Ahmad
bin Hanbal -dalam satu riwayat- memperbolehkan menjual kulit dan kepala Aqiqah
kemudian mensedekahkan hasil penjualannya. (al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu:
4/287).
Memberi
Nama dan Mencukur Rambut.
ومن
السنة أن يختار للمولود اسم حسن ويحلق شعره ويتصدق بوزنه فضة إن تيسر ذلك، لما
رواه أحمد والترمذي عن ابن عباس، أن النبي، صلى الله عليه وسلم، عق عن الحسن بشاة،
وقال: يا فاطمة، احلقي رأسه وتصدقي بوزنه فضة على المساكين، فوزناه فكان وزنه
درهما أو بعض درهم.
Termasuk amalan Sunnah memilihkan nama yang baik untuk
anak, mencukur rambutnya dan bersedekah seberat perak dari berat rambut
tersebut, jika memungkinkan. Berdasarkan riwayat Imam Ahmad dan at-Tirmidzi
dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw meng-aqiqah-kan Hasan satu ekor
kambing, beliau berkata: “Wahai Fathimah, cukurlah rambutnya dan bersedekahlah
seberat perak dari rambut itu, sedekahkan kepada orang-orang miskin”. Maka kami
pun menimbang rambutnya, beratnya satu Dirham (uang perak), atau sebagian
Dirham. (Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq: 3/328).
Aqiqah dan
Kurban.
Tidak ada kaitan antara Aqiqah dan Kurban. Oleh sebab itu
orang yang belum Aqiqah tetap boleh berkurban.
Akan tetapi jika bertepatan antara hari Aqiqah dan
Kurban, maka menurut Mazhab Hanbali:
قالت
الحنابلة: وإذا اجتمع يوم النحر مع يوم العقيقة فإنه يمكن الاكتفاء بذبيحة واحدة
عنهما، كما إذا اجتمع يوم عيد ويوم جمعة واغتسل لاحدهما.
Mazhab Hanbali berpendapat: jika bertepatan antara hari Kurban
dengan Aqiqah, maka cukup menyembelih satu ekor sembelihan saja. Sama seperti
bertepatan antara hari raya dengan hari Jum’at, maka cukup satu mandi saja. (Fiqh
Sunnah, Sayyid Sabiq: 3/328).