Rabu, 03 Desember 2014

Komentar Terhadap Risalah Hj.Shaari Hj.Mohd. Yusof




Pada hari Sabtu 29 November 2014, salah seorang jamaah  memberikan satu risalah kepada saya berjudul Ilmu Ma’rifat Tok Kenali Kelantan, kumpulan tulisan Hj. Shaari Hj. Mohd Yusof. Saya diminta memberikan komentar atas risalah ini berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Komentar Saya:
Pertama, Tok Kenali adalah salah seorang ulama besar dari Kelantan (Malaysia), belajar agama Islam sampai ke Makkah al-Mukarramah. Semasa di Makkah, beliau satu angkatan dengan mufti kerajaan Indragiri (Riau) bernama Syekh Abdurrahman Shiddiq. Seorang peneliti dari Malaysia bernama Wan Mohd. Shaghir Abdullah ketika menulis biografi Syekh Abdurrahman Shiddiq ada menyebutkan, “Sahabatnya yang lain ialah Haji Abdullah Fahim (lahir 1286H/1869M, Tok Kenali (lahir 1287H/1871M)”. (Wan Modh. Shaghir Abdullah, Ulama Nusantara). Mereka adalah para ulama yang benar dalam menyampaikan risalah Islam ke negeri Melayu. Adapun ajaran yang diklaim sebagai Ma’rifat Tok Kenali ini tidak mungkin diajarkan seorang ulama besar seperti Tok Kenali, apalagi silsilah Hj.Shaari tidak jelas, pada halaman 20 dia sebutkan, “Datuk saya almarhum al-‘arif billah al-waliyullah Tok Awang sewaktu beliau menerima ilmu ini dari salah seorang anak murid Tok Kenali yang datang ke Penang dekat masjid Indai (kalau saya tidak salah). Tapi nama anak murid Tok Kenali ini kami anak cucu Tok Awang tak ingat namanya”. Dalam silsilah keilmuan Islam, amat sangat penting validitas data, dari mana ilmu itu diperoleh. Bahkan para ulama tarekat amat sangat menjaga silsilah guru-guru mereka, karena dalam dunia Tasauf dinyatakan,
من لا شيخ له فالشيطان شيخه
“Siapa yang tidak memiliki Syaikh (tidak berguru), maka setan lah gurunya”. (Ibnu ‘Ajibah, Iqazh al-Himam Syarh Matn al-Hikam, hal.57). Banyak orang memanfaatkan nama besar ulama untuk mengklaim kebenaran ajarannya. Ini terjadi pada Imam al-Ghazali, seseorang menulis kitab berjudul al-Aufaq, isinya mantra dan sihir, lalu ia nisbatkan kepada Imam al-Ghazali, ternyata itu palsu. Itu juga terjadi pada Imam as-Suyuthi, ada kitab berjudul al-Kibrit al-Ahmar, kitab mantra dan sihir sesat, dinisbatkan kepada Imam as-Suyuthi, untuk mempengaruhi masyarakat awam yang haus ilmu tapi jahil, mudah terpedaya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan memberikan mereka hidayah ke jalan yang benar. Amin.

 Kedua, Hj. Shaari Hj.Mohd Yusof banyak sekali menulis hadits palsu,
Pada halaman 28, Shaari menulis: “Dalam hadis “ana araftu Rabbi Birabbi” (aku mengenal tuhan dengan tuhanku”.
Padahal ini bukan hadits, ini adalah ucapan Dzun Nun al-Mishri.
Demikian disebutkan  Imam al-Qusyairi dalam kitab ar-Risalah al-Qusyairiyyah halaman: 142.
Demikian juga disebutkan Imam Ibnu ‘Ajibah dalam Iqazh al-Himam Syarh Matn al-Hikam, halaman: 180.
Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin, juz.IV halaman: 257 menyebut ini ucapan ulama Tasawuf.
Dalam Syarh al-Hikam al-‘Atha’iyyah halaman 115 ini disebut hanya pendapat ulama Tasawuf.
Kalau memang Hj.Shaari seperti pernyataannya telah mendapat Ma’rifat, mengapa “Allah” Hj.Shaari itu diam sahaja ketika Hj.Shaari berbuat salah?!
Bukankah diam terhadap kebenaran itu perbuatan setan?!
من سكت عن الحق فهو شيطان اخرس
“Diam terhadap kebenaran adalah setan bisu”. (Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim, juz.2, halaman: 20).
Jelaslah bahwa yang dirasakan Hj.Shaari dalam Makrifatnya itu adalah setan bisu. Kerana, jika benar dia Allah, pastilah dia akan beritahu Hj.Shaari:
أخطأت يا ساري، الذي ذكرته ليس بحديث
Kalau Hj.Shaari tidak boleh bahasa Arab, tentu Allah boleh bagi ilham bahasa melayu, “Korang salah tau, tu bukan hadis! Tu cakap Dzun Nun al-Mishri. Belaja lah sikit, baru jadi tuk guru. Awak ni menengade lah”.
Bukan itu saja,
Hj.Shaari menulis lagi di halaman: 29, berpandukan sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits, “Barang siapa mengenal diri, maka akan kenallah ia akan Allah”.
Tuan Hj.Shaari, itu bukan hadits, cuba tengok cakap Imam as-Suyuthi,
إن هذا الحديث ليس بصحيح وقد سئل عنه النووي في فتاويه فقال أنه ليس بثابت وقال ابن تيمية وقال الزركشي  في الأحاديث المشتهرة ذكر ابن السمعاني أنه من كلام يحيى بن معاذ الرازي.
Riwayat ini tidak shahih. Imam an-Nawawi pernah ditanya tentang hadits ini dalam fatwanya, beliau menjawab, “Tidak kuat”. Ibnu Taimiah dan az-Zarkasyi berkata dalam kumpulan hadits populer, “Ibnu as-Sam’ani menyebutkan bahwa ini ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi” (Imam as-Suyuthi, al-Hawi li al-Fatawa, juz.III, hal.355).
Hj. Shaari menulis lagi di halaman: 30, “Berpandukan sebagaimana yang dinyatakan di dalam hadis, “Matilah diri kau sebelum kamu mati”.
Ini bukan hadits, demikian dinyatakan para ulama ahli hadits dalam:
·         Asna’ al-Mathalib fi Ahadits Mukhtalif al-Maratib, Muhammad bin Darwisy bin Muhammad al-Hut, halaman: 295.
·         Al-Asrar al-Marfu’ah fi Ahadits al-Maudhu’ah, Imam Mulla ‘Ali al-Qari, halaman: 363.
·         Al-Jadd al-Hatsits fi Bayan Ma Laisa bi Hadits, Imam al-‘Amiri, halaman: 240.
·         Al-Fawa’id al-Maudhu’ah fi Ahadits al-Maudhu’ah, al-Karami, halaman: 140.
·         Al-Lu’lu’ al-Marshu’, Muhammad bin Khalil bin Ibrahim al-Masyisyi at-Tharablusi, halaman: 204.
·         Al-Mashnu’ fi Ma’rifati al-Hadits al-Maudhu’, al-Qari, halaman: 198.
·         Al-Maqashid al-Hasanah, as-Sakhawi, halaman: 682.
·         An-Nukhbah al-Bahiyyah fi al-Ahadits al-Makhdzubah ‘ala Khair al-Bariyyah, al-‘Allamah Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki, halaman: 20.
·         Kasyf al-Khafa’, al-‘Ajluni, Juz.2, halaman: 291.
Hj.Shaari ulang lagi di halaman: 32.
Hj.Shaari ulang lagi di halaman: 37.
Hj.Shaari ulang lagi di halaman: 48.
Ingat Tuan Hj.Shaari !!!
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Siapa yang berdusta terhadapku secara sengaja, maka siapkanlah tempat duduk dari api neraka”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).

Ketiga, menafikan al-Qur’an, Sunnah dan ulama.
Pada halaman: 20 Hj.Shaari menulis: “Mengenal Allah itu tidak sekali-kali melalui bimbingan guru, malaikat atau bimbingan al-Qur’an”.
Kalimat ini jelas-jelas batil. Karena hanya al-Qur’an, Sunnah dan Ulama sajalah jalan mengenal Allah Swt. Itulah sumber yang terpercaya. Lain daripada itu adalah batil, jika tidak sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Rasulullah Saw bersabda,
" تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما إن تمسكتم بهما : كتاب الله وسنتي ولن يتفرقا حتى يردا على الحوض " 
[ رواه مالك بلاغا والحاكم موصلا بإسناد حسن ]
“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh dengan keduanya: kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku. Tidak akan terpisah hingga datang ke telaga (Muhammad Saw)”. (HR. Malik dan al-Hakim).
Keempat, Hj.Shaari menjelaskan Ma’rifat dengan rasa.
Kita lihat penjelasan ulama tentang ma’rifat (pengenalan/pengetahuan tentang sesuatu. Ma’rifatullah berarti pengetahuan tentang Allah). Berikut kutipan dari kitab ar-Risalah al-Qusyairiyyah:
أخبرنا محمد بن يحيى الصوفي، قال: أخبرنا عبد الله بن علي التميمي الوصفي، يحكى عن الحسين بن علي الدامغاني، قال: سئل أبو بكر الزاهر اباذي عن المعرفة، فقال: المعرفة: اسم، ومعناه وجود تعظيم في القلب يمنعك عن التعطيل والتشبيه.
Muhammad bin Yahya as-Shufi memberitakan kepada kami, Abdullah bin Ali at-Tamimi al-Washfi memberitakan kepada kami, ia ceritakan dari al-Husain bin Ali ad-Damighani, ia berkaa, “Abu Bakar az-Zahir Abazi ditanya tentang Ma’rifat, ia menjawab, “Ma’rifat adalah nama. Maknanya: adanya pengagungan (terhadap Allah) di dalam hati, sehingga dapat mencegah ta’thil (menafikan Allah) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk). (ar-Risalah al-Qusyairiyyah, hal.2).
Hj.Shaari menjelaskan dalam risalahnya bahwa Ma’rifat itu cukup dengan rasa.
Lihat apa kata ahli Ma’rifat, Imam al-Ghazali:
وإنما الوصول إليه بالمجاهدة التي جعلها الله سبحانه مقدمة للهداية حيث قال تعالى والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين
Mencapai Ma’rifah itu dengan al-Mujahadah (kesungguhan amal) yang dijadikan Allah sebagai jalan menuju hidayah dalam firman-Nya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan  Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Qs. al-‘Ankabut: 69). (Ihya’ ‘Ulumiddin, al-Ghazali: juz.I, hal. 23).

Kelima, di banyak halaman Hj.Shaari mengejek Feqah (ilmu fiqh/ilmu ritual ibadah).
Saya khawatir, inilah kelompok yang dikhawatirkan Imam al-Ghazali, kelompok yang mengaku telah sampai kepada Ma’rifat, lalu menyepelekan Fiqh. Termauk satu diantara tujuh puluh sekian kelompok sesat. Lihat pernyataan al-Ghazali:
وظن طائفة أن المقصود من العبادات المجاهدة حتى يصل العبد بها إلى معرفة الله تعالى فإذا حصلت المعرفة فقد وصل وبعد الوصول يستغني عن الوسيلة والحيلة فتركوا السعي والعبادة وزعموا أنه ارتفع محلهم في معرفة الله سبحانه عن أن يمتهنوا بالتكاليف وإنما التكليف على عوام الخلق ووراء هذا مذاهب باطلة وضلالات هائلة يطول إحصاؤها إلى ما يبلغ نيفا وسبعين فرقة وإنما الناجي منها فرقة واحدة وهي السالكة ما كان عليه رسول الله صلى الله عليه و سلم وأصحابه وهو أن لا يترك الدنيا بالكلية ولا يقمع الشهوات بالكلية
Ada satu kelompok menyangka bahwa yang dimaksud dengan ibadah adalah mujahadah hingga sampai kepada Ma’rifat. Jika telah sampai kepada Ma’rifat, maka ia pun telah sampai (pada tujuan). Setelah sampai, maka tidak perlu lagi wasilah (jalan) dan usaha. Mereka pun meninggalkan usaha dan ibadah. Mereka menyatakan bahwa kedudukan mereka telah tinggi dalam Ma’rifat sehingga mereka merasa tidak perlu lagi dibebani ibadah, karena ibadah itu hanya bagi orang awam saja. Di balik kelompok ini adalah aliran batil dan sesat, terlalu banyak untuk dihitung, hingga sampai tujuh puluh sekian kelompok banyaknya. Yang selamat hanya satu kelompok saja, yaitu jalan yang dilalui Rasulullah Saw dan para shahabat, yaitu jalan tidak meninggalkan dunia secara keseluruhan dan tidak pula membuang nafsu secara keseluruhan. (Imam al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin, juz.III, hal.230).

Keenam, Hj.Shaari menakwilkan yang tidak perlu ditakwilkan. Memang ada metode takwil yang biasa dipakai ahli takwil, tapi yang ditakwilkan itu memang yang perlu penakwilan. Adapun ayat-ayat yang sudah qath’i ad-Dilalah seperti anjing dan babi tidak perlu ditakwilkan. Tapi Hj.Shaari mentakwilkan anjing dan babi. Di halaman 63 Hj.Shaari menyebutkan, “Dalam pengajian ilmu ma’rifat itu kita tidak boleh menzalimi anjing mahupun babi… anjing dan babi itu adalah kiasan atau tamsil”.
Mentakwil anjing dan babi ini berbahaya, karena ayat itu Qath’i ad-Dilalah, tidak perlu penakwilan. Ini bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah. Karena yang dimaksud anjing dan babi dalam al-Qur’an itu adalah babi, bukan anjing dan babi versi Hj.Shaari.
Imam ibnu Katsir menyebutkan,
فلما كلمه الحَبْران قال لهما رسول الله صلى الله عليه وسلم: "أسْلِمَا" قالا قد أسلمنا. قال: "إنَّكُمَا لَمْ تُسْلِمَا فأسْلِما" قالا بلى، قد أسلمنا قبلك. قال: "كَذَبْتُمَا، يمْنَعُكُمَا مِنَ الإسْلامِ دُعَاؤكُما لله ولدا، وَعِبَادَتُكُمَا الصَّلِيبَ وأكْلُكُمَا الخِنزيرَ".
Ketika kedua pendeta berbicara kepada Rasulullah Saw, Rasulullah Saw berkata kepada kedua pendeta itu, “Masuk Islam lah kalian berdua”. Mereka menjawab, “Kami sudah masuk Islam”. Rasulullah Saw berkata, “Kalian belum masuk Islam, maka masuk Islam lah kamu”. Mereka berdua menjawab, “Kami sudah masuk Islam. Kami sudah masuk Islam sebelum engkau wahai Muhammad”. Rasulullah Saw menjawab, “Kalian berdua sudah berdusta. Yang mencegah kalian masuk Islam adalah karena kalian mengatakan Allah punya anak, kalian menyembah salib dan memakan babi”. (Tafsir Ibnu Katsir, juz.II, hal.51). benar-benar makan babi, sampai sekarang. Tidak perlu penakwilan. Oleh sebab itu Rasulullah Saw menyatakan bahwa Nabi Isa akan datang membunuh babi. Rasulullah Saw bersabda,
وَاللَّهِ لَيَنْزِلَنَّ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَادِلًا فَلَيَكْسِرَنَّ الصَّلِيبَ وَلَيَقْتُلَنَّ الْخِنْزِيرَ
“Demi Allah, akan turun Isa putra Maryam sebagai pemimpin yang adil. Ia akan menghancurkan salib dan akan membunuh babi”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Tentang anjing, tidak perlu ditakwilkan, karena hadits sudah jelas, Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ مَاشِيَةٍ نَقَصَ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطَانِ
“Siapa yang memelihara anjing, bukan anjing untuk berburu dan bukan pula untuk menjaga ternak, maka balasan pahala amalnya berkurang setiap hari dua Qirath (dua bukit yang besar)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
            Bukan hanya sekedar memelihara, hasil penjualannya juga haram berdasarkan hadits,
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَمَهْرِ الْبَغِيِّ وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ
Dari Abu Mas’ud al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah Saw melarang: hasil penjualan anjing, upah wanita tunasusila dan upah dukun. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
            Pendapat Imam an-Nawawi,
وأما اقتناء الكلاب فمذهبنا أنه يحرم اقتناء الكلب بغير حاجة ويجوز اقتناؤه للصيد وللزرع وللماشية
Adapun memelihara anjing, maka menurut mazhab kami (Mazhab Syafi’i): haram hukumnya memelihara anjing tanpa ada kebutuhan. Boleh memelihara anjing untuk berburu, menjaga tanaman dan menjaga ternak. [Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj, juz.X (Dar Ihya’ at-Turats, Beirut), hal.236].

Ketujuh, dalam debat, yang pertama dilihat adalah kapasitas keilmuan lawan. Para ulama di al-Azhar tidak akan melayani Hj.Shaari karena kejahilannya dalam dasar-dasar agama Islam. Berkali-kali sampai tidak terhitung dia menulis Zuk, Zuk, Zuk, sampai lelah mata melihatnya. Padahal itu dari bahasa Arab ( ذوق ) Dzauq, artinya rasa. Nampak Hj.Shaari tidak belajar. Sedangkan Tok Kenali belajar sampai ke Makkah al-Mukarramah. Kasihan Tok Kenali dipercaya orang macam Hj.Shaari. yang lebih kasihan lagi adalah orang-orang yang ikut Hj.Shaari.
Pada halaman 20 dia sebutkan, “Datuk saya almarhum al-‘arif billah al-waliyullah Tok Awang”. Kalimat al-Waliyullah (الولي الله ) adalah kesalahan fatal yang termaafkan. Tapi orang-orang yang sudah tertelan celoteh Hj.Shaari susah menolak itu, karena Rasulullah Saw pernah bersabda,
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
“Kekagumanmu terhadap sesuatu membuatmu buta dan bisu”. (HR. Abu Daud). saya berharap Allah membukakan mata dan hati orang-orang yang mencari kebenaran tidak terkecoh dengan permainan kata Hj.Shaari. Wallahu a’lam bisshawab.



32 komentar:

  1. terimakasih infonya gan, silahkan kunjungi OBAT HIPERTIROID

    BalasHapus
  2. kunjungan untuk silaturahmi gan...
    yuk saling mampir...
    CARA MENGOBATI KEPUTIHAN PADA WANITA

    BalasHapus

  3. Permission share, good luck.
    Please visit our website:

    http://obatparuparubasah.utamakansehat.com/

    BalasHapus
  4. Ckckckc ampe segitunya ya ,koreksi nya saluttt

    BalasHapus
  5. Ustas belum tentu masuk surga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi setidaknya ustadz tak lernah memalsukan hadist.

      Hapus
  6. Terlalu mencari kesalahan orang.... Berda'walah dgn caramu sendiri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klau ustsdz shomad diam, berarti ia membiarkan orang lain sesat.
      Ini salah satu dakwah.
      Meluruskan yg salah,
      Menuntun yg tersesat,
      Bukan hanya diam mlihat kesalahan orang lain.

      Hapus
  7. Menyesatkan orang laen, APA kmu sdh merasa benar, pemahamanmu cuman secuil

    BalasHapus
  8. Ilmu Allah amatlah tinggi TDK akn pernah dijangkau oleh akal, hanya yg ghaib mengenal yg ghaib. Mudah skali kmu menyesatkan orang, spa yg memberikan kmu hak, krna punya ilmu secuil saja kmu sdh mmbanggakan dirimu. Dberikan paham malah bsok tau. Kmu ITU yg sesat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah jelas HJ shaari menggunakan hadist² palsu. Dan kau tetap membelanya? Dungu....!!!

      Hapus
    2. Saudaraku, jika dianggap keliru, silahkan komunikasi dengan baik. Insya Allah bisa diselesaikan. Sesama orang berfikir harus saling mengklarifikasi. Terimakasih

      Hapus
  9. Terima kasih . Alhamdulillah atas ilmu yg bermanfaat dari Ustad Somad . Saya jdi jelas dg ajaran bathil itu , krena di daerah saya ajaran ini sdah masuk dan mulai menyebar .

    BalasHapus
  10. Jadi perdebatan. Kawan" belajar lah sifat 20 siafat allah. Wajib orang islam belajar ini. dari situ kalian akan tau. Mana yg betul dan mana yang salah.....

    BalasHapus
  11. agama islam buat di perdebatkhn ya.......

    BalasHapus
  12. katakanlah benar kalau itu benar....dan katakanlah salah kalau itu memang salah...Sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah..
    Alhamdulillah dapat pencerahan dari Bpk. Ustad Somad

    BalasHapus
  13. Bismillah.
    Ustadz, saya mau bertanya, apakah ini hadits ataukah ucapan orang alim atau ucapan batil? Mohon percerahan. Berikut teksnya:
    "Nabi berkata: asy-syarii'atu aqwalii, wath-thoriiqotu af'aalii, wal-haqiiqotu ahwaalii, wal-ma'rifatu ro'su kulli maalii."
    Saya sering mendengar dan mencatat ini dari perkataan guru saya.

    BalasHapus
  14. SubhanAllah,, Alhamdulillah,, Ana sangat paham sekali Ustadz,, Jadi bisa was-was mana yang benar-benar ilmu makrifat dan mana yang sesat,, Mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempermudah segala urusan Ustadz Abdul Somad, dan mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mempertemukan kita di Surganya,
    آمين يا الله يارب العالمين

    BalasHapus
  15. Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh,
    Ya Habibana Almukarrom H. Abdus Shomad Lc,MA

    Ulama warosatul Anbiya itu ulama yang bagaimana?
    Bagaimana cara mencintai ulama Warosatul Anbiya?
    setiap saya melihat langsung Ustadz, saya menangis, saya pun gak ngarti menangis karna apa,

    wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
    (Abdur Rosyid Bin Abdullah - Cirebon)

    BalasHapus
  16. Assalamu'alaikum War Wab,
    Ustadz, kalau memang yg disampaikan Tuan Guru H. Shaari salah, tolong sampaikan dakwah mengenai konsep ma'rifat yg sebenarx.
    Karena yg sy tau, Tuan Guru H. Shaari tidak pernah mengajarkan utk meninggalkan sholat 5 waktu. Beliau mengajarkan puncak tertinggi dari ilmu ma'rifat adalah kembali lg pd level terendah yaitu menjalankan syari'at. Mohon penjelasannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muridnya ada yg mengatakan sholat 5 waktu gak perlu lagi

      Hapus
  17. Apa Yang dijelaskan oleh UAS adalah berasas ilmiah yand direferansikan dengan Hadis dan Kitab referansi ulamak2 yang ulung dan kita akui kesahihan nya. Saya sendiri menelaah referensi ini dan mengakui ketepatan nya.

    BalasHapus
  18. Tn Hj Shari membicarakan hakikat tapi ustad ini membicarakan fikih yg berkutat pada istilah ...
    Yg dijelaskan Tn Hj Shaari juga sangat logic sebenarnya, cuma ustadz ini agak kurang rendah hati sedikit & belum membaca seluruh sarahan haji Shaari. Akan lebih cantik lagi jika ustadz ini mau bertabayun pada Tn Hj Shaari mendiskusikan hal2 yg sepertinya berbeda/menanyakan maksud yg sebenarnya.
    Saya yaqin keduanya akan berpelukan penuh haru & cinta karena Allah.

    Apakah kalau kita di hari kiamat juga akan berdebat dengan Allah dg dalil2 seumpama seluruh amalan kita ditolak oleh Allah karena tidak lillah. (berislam kok seperti lawyer). Walaupun ada beberapa dalil yg disampaikan Tn Hj Shaari ada yg kurang shahih tapi isinya tidak bertentangan dg hadist shahih & quran itu sendiri. Saya kira jangan mudah menyalahkan sesama saudara. Hj Shaari sebenarnya sangat luar biasa rendah hati, tidak pernah menyalahkan, kadang muncul sedikit jengkel/emosi karena serangan ustadz2 fiqih yg sangat kasar & penuh fitnah. Saya yaqin ustadz2 seperti beliau pada akhirnya akan habis terfitnah oleh ustadz2 seperti ini. Ustadz2 seperti ini membaca sarahan & buku2 Hj. Shaari dengan pandangan fiqih, dan beliaunya ustadz2 ini cenderung mencari kekurangan & kesilapannya kemudian ustadz2 ini besar2kan dg dalil2 dan pada ujungnya disimpulkan sebagai ajaran sesat.
    Sungguh luar biasa, semoga Allah membukakan hidayah & menuntun kita semua untuk lebih rendah hati pada sesama muslim & sesama makhluk.

    BalasHapus
  19. apakah blog ini masih aktif ustadz?

    BalasHapus
  20. pendapat yg kliru ya gini lah menyama kan allah dgn sesuatu. contoh benda dan sifat benda, benda adalah sifat yg ghaib sprti malaikat,ruh,jin,iblis,hantu,termasuk yg ada dlm tana. sifat adalah sprti yg terlihat mnsia,hewan,tana,bumi ,langit dan isi nya dan yg terlihat itu bisa di rasa dan di pegang itu beda nya benda dan sifat dan klau di satu kan kedua nya itu menjadi sifat benda yg menempel. Sdgkan allah bkn sifat benda yg menempel.

    BalasHapus