Keseimbangan Dalam Hal Melaksanakan Puasa Sunnat dan Qiyamullail.
عَنْ عَبْدِِ اللَّهِ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - : يَا عَبْدَ اللَّهِ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ.
قُلْتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ .
قَالَ: فَلاَ تَفْعَلْ ، صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا (رواه البخاري).
Artinya:
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, ia berkata:
Rasulullah Saw berkata, “Wahai Abdullah, tidakkah telah diberitahukan kepadaku bahwa engkau berpuasa di siang hari dan melaksanakan Qiyamullail pada malam hari (secara terus menerus)?”.
Saya jawab, “Benar wahai Rasulullah”.
Rasulullah Saw berkata, “Jangan lakukan! Berpuasalah dan berbukalah. Laksanakan Qiyamullail dan tidurlah. Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak terhadapmu, matamu memiliki hak terhadapmu dan istrimu memiliki hak terhadapmu”. (HR. Al-Bukhari).
Keseimbangan Dalam Bersedekah.
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: جَاءَنَا رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَعُودُنِى مِنْ وَجَعٍ اشْتَدَّ بِى زَمَنَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَقُلْتُ: بَلَغَ بِى مَا تَرَى وَأَنَا ذُو مَالٍ وَلاَ يَرِثُنِى إِلاَّ ابْنَةٌ لِى أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَىْ مَالِى؟ قَالَ: لاَ.
قُلْتُ: بِالشَّطْرِ؟
قَالَ: لاَ.
قُلْتُ: الثُّلُثُ؟
قَالَ: الثُّلُثُ كَثِيرٌ، أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَلَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ. (رواه البخاري).
Dari ‘Amir bin Sa’ad, dari Bapaknya, ia berkata, “Rasulullah Saw datang kepada kami, beliau mengunjungi saya ketika saya mengalami sakit keras pada masa haji Wada’. Saya berkata kepada beliau, “Sakit yang saya alami seperti yang telah engkau lihat. Saya memiliki harta, tidak ada yang mewarisi saya kecuali seorang anak perempuan saya. Apakah boleh saya bersedekah dua pertiga dari harta saya?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Tidak”.
Saya katakan, “Setengah?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Tidak”.
Saya katakan, “Sepertiga?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Sepertiga itu banyak, engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan, itu lebih baik daripada engkau biarkan mereka miskin meminta-minta kepada orang lain. Tidaklah engkau memberikan sesuatu dengan mengharap kemuliaan Allah, melainkan engkau diberi balasan atas pemberian itu, meskipun itu pemberian (nafkah) yang engkau berikan kepada istrimu sendiri”. (HR. Al-Bukhari).
Hadits Tentang Sifat Amal Yang Paling Dicintai Allah Swt.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ.
قَالَ وَكَانَتْ عَائِشَةُ إِذَا عَمِلَتِ الْعَمَلَ لَزِمَتْهُ. (مسلم).
Artinya:
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda, “Amal yang paling dicintai Allah Swt adalah amal yang dilaksanakan secara terus-menerus, meskipun amal itu sedikit”. Jika ‘Aisyah ra melaksanakan suatu amal, beliau melaksanakannya secara terus menerus. (HR. Muslim).
Izin Share ustadz....
BalasHapus