Bolehkan Wanita Melamar Pria?
Mungkin bahasanya bukan “wanita melamar pria”. Karena dalam Islam, wanita itu mempunyai wali, maka ketika ia akan menikah, walinya lah yang menerima pinangan.
Jadi redaksinya, bolehkah wali menawarkan wanita yang ia walikan kepada seseorang yang shaleh?
Untuk menjawab boleh atau tidak boleh, tentulah kita kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 27 disebutkan:
إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِين
“Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik”.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa nabi Syu’aib menawarkan anak gadisnya kepada Nabi Musa.
Imam al-Qurthubi mengomentari kisah ini:
فيه عرض الولي بنته على الرجل وهذه سنة قائمة عرض صالح مدين ابنته على صالح بني اسرائيل وعرض عمر ا بن الخطاب ابنته حفصة على أبي بكر وعثمان رضي الله عنهم أجمعين وعرضت الموهوبة نفسها على النبي - صلى الله عليه وسلم - فمن الحسن عرض الرجل وليته والمرأة نفسها على الرجل الصالح اقتداء بالسلف الصالح
Dalam kisah ini terkandung makna bahwa wali boleh menawarkan perempuan yang ia walikan kepada seorang laki-laki. Ini adalah tradisi yang terus dilaksanakan; seorang yang shaleh dari suku Madyan menawarkan putrinya kepada orang yang shaleh dari Bani Israil. Umar menawarkan Hafshah putrinya kepada Abu Bakar dan Utsman, dan wanita itu sendiri menawarkan dirinya kepada Rasulullah Saw. Merupakan perbuatan baik seorang wali menawarkan perempuan yang ia walikan atau perempuan itu sendiri menawarkan dirinya kepada laki-laki yang shaleh mengikuti ash-Shalafu ash-Shaleh (Tafsir al-Qurthubi, juz.13, halaman: 271 Maktabah Syamilah).
Bahkan Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya menulis satu Bab: Seseorang menawarkan puterinya atau saudari perempuannya kepada orang yang baik.
Kemudian dalam bab ini Imam al-Bukhari meriwayatkan hadits:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما حدَّث :( أن عمر بن الخطاب حين تأيمت حفصة بنت عمر من خنيس بن حذافة السهمي ، وكان من أصحاب رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فتوفي في المدينة ، فقال عمر بن الخطاب : أتيت عثمان بن عفان فعرضت عليه حفصة فقال : سأنظر في أمري ، فلبثت ليالي ثم لقيني فقال : قد بدا لي أن لا أتزوج يومي هذا ، قال عمر : فلقيت أبا بكر الصديق فقلت : إن شئت زوجتك
حفصة بنت عمر ، فصمت أبو بكر فلم يرجع إلي شيئاً ، وكنت أوجد عليه مني على عثمان . فلبثت ليالي ثم خطبها رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فأنكحتها إياه ، فلقيني أبو بكر فقال : لقد وجدت عليَّ حين عرضت عليّ حفصة فلم أرجع إليك شيئاً . قال عمر : قلت : نعم ، قال : أبوبكر : فإنه لم يمنعني أن أرجع إليك فيما عرضت عليّ إلا أنني كنت علمت أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قد ذكرها ، فلم أكن لأفشي سر رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، ولو تركها رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قبلتها ) .
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Umar bin al-Khaththab, ketika Hafshah menjadi janda karena Khunais bin Hudzafah as-Sahmi meninggal, ia salah seorang shahabat yang meninggal di Madinah. Maka Umar berkata, “Aku datang kepada Utsman, aku tawarkan Hafshah kepadanya, ia menjawab, “Aku akan memperhatikan keadaanku”. Berlalu beberapa malam, kemudian ia menemuiku dan berkata, “Telah terlihat jelas bagiku bahwa aku tidak menikah saat ini”. Maka aku menemui Abu Bakar, aku katakan, “Jika engkau mau, aku nikahkan engkau dengan puteriku Hafshah”. Abu Bakar diam, ia tidak menjawab apa-apa. Aku lebih berharap kepadanya daripada Utsman.
Berlalu beberapa malam. Kemudian Rasulullah Saw meminangnya, maka aku pun menikahkannya dengan Rasulullah Saw. Lalu Abu Bakar datang seraya berkata, “Ketika engkau menawarkannya kepadaku engkau berharap kepadaku, akan tetapi aku tidak membalas”. Umar menjawab, “Ya”. Abu Bakar berkata, “Tidak ada yang mencegahku untuk kembali kepadamu (memberikan jawaban), hanya saja aku mengetahui bahwa Rasulullah Saw pernah menyebut tentang Hafshah. Aku tidak mungkin membukakan rahasia Rasulullah Saw. Andai Rasulullah Saw meninggalkannya, pastilah aku menerima Hafshah”. (HR. Al-Bukhari).
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengomentari hadits ini:
وفيه - أي الحديث - عرض الانسان بنته وغيرها من مولياته على من يعتقد خيره وصلاحه لما فيه من النفع العائد على المعروضة عليه وأنه لا استحياء في ذلك
Dalam hadits ini terkandung makna: seseorang boleh menawarkan puterinya atau orang lain yang ia walikan kepada orang yang ia yakini kebaikannya karena mengandung manfaat yang dapat diperoleh oleh orang yang ditawarkan tersebut dan tidak perlu malu dalam masalah ini. (Kitab Fath al-Bari, juz. 11, halaman: 82).
Imam al-Bukhari juga memuat satu bab dalam kitab Shahihnya:
باب عرض المرأة نفسها على الرجل الصالح
Bab: seorang perempuan menawarkan dirinya kepada orang yang shaleh.
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani mengomentari hadits-hadits yang ada dalam bab ini:
وفي الحديثين جواز عرض المرأة نفسها على الرجل وتعريفه رغبتها فيه وأن لا غضاضة عليها في ذلك وأن الذي تعرض المرأة نفسها عليه بالاختيار لكن لا ينبغي أن يصرح لها بالرد بل يكفي السكوت
Dalam dua hadits ini mengandung makna: boleh bagi perempuan menawarkan dirinya kepada seorang laki-laki yang ia kenal dan ia inginkan, tidak perlu merasa sungkan baginya dalam masalah ini. Dan orang yang ditawari tersebut memiliki pilihan (untuk menerima atau menolak), akan tetapi tidak selayaknya ia tolak dengan jelas, cukup dengan diam. (Kitab Fath al-Bari, juz. 11, halaman: 80).
Dari beberapa dalil diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa menawarkan saudari, anak perempuan atau orang yang kita walikan kepada orang yang shaleh adalah sunnah. Terkadang seorang wali lebih rela membiarkan anak gadisnya dibawa pergi malam minggu oleh orang-orang yang tidak jelas, daripada menawarkan kepada orang yang shaleh. Itulah salah satu sebab banyaknya kemungkaran saat ini. Akan tetapi dalam hal ini perlu juga diperhatikan sifat amanah, agar jangan sampai menjadi bahan ejekan dan gunjingan.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Selasa, 29 November 2011
Kamis, 24 November 2011
TUNTUNAN IBADAH BULAN MUHARRAM
وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ « مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ ».
Rasulullah Saw melaksanakan puasa 'Asyura (tgl 10 Muharram). ketika beliau hijrah di Madinah pun beliau tetap melaksanakannya dan beliau memerintahkan melaksanakannya. Ketika puasa ramadhan diwajibkan, beliau berkata, "Siapa yang ingin melaksanakan puasa 'Asyura, laksanakanlah. siapa yang tidak ingin, maka ia tidak melaksanakannya". Hadis riwayat Muslim dari Aisyah.
َنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Rasulullah Saw sampai di kota Madinah, ia dapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram), maka Rasulullah bertanya kepada mereka, "Hari apakah ini kamu melaksanakan puasa pada hari ini?". mereka menjawab, "Ini hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari in, Ia menenggelamkan Fir'aun dari kaumnya. maka Musa melaksanakn puasa bersyukur kepada Allah, maka kami melaksanakan puasa".
Rasulullah Saw berkata, "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kamu".
Maka Rasulullah Saw melaksanakan puasa dan memerintahkannya. Hadits riwayat muslim dari Ibnu Abbas.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram dan shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah shalat malam (tahajjud). hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ ».
Rasulullah Saw ditanya tentang puasa 'Asyura, beliau menjawab, “Mengampuni dosa setahun yang lalu”. Hadits riwayat Muslim.
وروى أحمد "خالفوا اليهود صوموا يوما قبله ويوما بعده " .
“Laksanakanlah puasa 'Asyura, akan tetapi berbeda dengan yang dilakukan orang-orang Yahudi. berpuasalah satu hari sebelumnya dan sehari setelahnya". hadits riwayat Imam Ahmad.
المرتبة الأولى صوم ثلاثة أيام : التاسع والعاشر والحادى عشر .
والمرتبة الثانية صوم التاسع والعاشر، والمرتبة الثالثة صوم العاشر وحده
Tingkatan puasa 'Asyura terbagi tiga:
Orang yang melaksanakan tanggal 9, 10 dan 11.
Orang yang melaksanakan tanggal 9 dan 10.
Orang yang melaksanakan tanggal 10 saja.
(Pendapat ulama).
Rasulullah Saw melaksanakan puasa 'Asyura (tgl 10 Muharram). ketika beliau hijrah di Madinah pun beliau tetap melaksanakannya dan beliau memerintahkan melaksanakannya. Ketika puasa ramadhan diwajibkan, beliau berkata, "Siapa yang ingin melaksanakan puasa 'Asyura, laksanakanlah. siapa yang tidak ingin, maka ia tidak melaksanakannya". Hadis riwayat Muslim dari Aisyah.
َنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Rasulullah Saw sampai di kota Madinah, ia dapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram), maka Rasulullah bertanya kepada mereka, "Hari apakah ini kamu melaksanakan puasa pada hari ini?". mereka menjawab, "Ini hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari in, Ia menenggelamkan Fir'aun dari kaumnya. maka Musa melaksanakn puasa bersyukur kepada Allah, maka kami melaksanakan puasa".
Rasulullah Saw berkata, "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kamu".
Maka Rasulullah Saw melaksanakan puasa dan memerintahkannya. Hadits riwayat muslim dari Ibnu Abbas.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram dan shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah shalat malam (tahajjud). hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ ».
Rasulullah Saw ditanya tentang puasa 'Asyura, beliau menjawab, “Mengampuni dosa setahun yang lalu”. Hadits riwayat Muslim.
وروى أحمد "خالفوا اليهود صوموا يوما قبله ويوما بعده " .
“Laksanakanlah puasa 'Asyura, akan tetapi berbeda dengan yang dilakukan orang-orang Yahudi. berpuasalah satu hari sebelumnya dan sehari setelahnya". hadits riwayat Imam Ahmad.
المرتبة الأولى صوم ثلاثة أيام : التاسع والعاشر والحادى عشر .
والمرتبة الثانية صوم التاسع والعاشر، والمرتبة الثالثة صوم العاشر وحده
Tingkatan puasa 'Asyura terbagi tiga:
Orang yang melaksanakan tanggal 9, 10 dan 11.
Orang yang melaksanakan tanggal 9 dan 10.
Orang yang melaksanakan tanggal 10 saja.
(Pendapat ulama).
TUNTUNAN IBADAH BULAN MUHARRAM
وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ قَالَ « مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ ».
Rasulullah Saw melaksanakan puasa 'Asyura (tgl 10 Muharram). ketika beliau hijrah di Madinah pun beliau tetap melaksanakannya dan beliau memerintahkan melaksanakannya. Ketika puasa ramadhan diwajibkan, beliau berkata, "Siapa yang ingin melaksanakan puasa 'Asyura, laksanakanlah. siapa yang tidak ingin, maka ia tidak melaksanakannya". Hadis riwayat Muslim dari Aisyah.
َنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Rasulullah Saw sampai di kota Madinah, ia dapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram), maka Rasulullah bertanya kepada mereka, "Hari apakah ini kamu melaksanakan puasa pada hari ini?". mereka menjawab, "Ini hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari in, Ia menenggelamkan Fir'aun dari kaumnya. maka Musa melaksanakn puasa bersyukur kepada Allah, maka kami melaksanakan puasa".
Rasulullah Saw berkata, "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kamu".
Maka Rasulullah Saw melaksanakan puasa dan memerintahkannya. Hadits riwayat muslim dari Ibnu Abbas.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram dan shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah shalat malam (tahajjud). hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ ».
Rasulullah Saw ditanya tentang puasa 'Asyura, beliau menjawab, “Mengampuni dosa setahun yang lalu”. Hadits riwayat Muslim.
Rasulullah Saw melaksanakan puasa 'Asyura (tgl 10 Muharram). ketika beliau hijrah di Madinah pun beliau tetap melaksanakannya dan beliau memerintahkan melaksanakannya. Ketika puasa ramadhan diwajibkan, beliau berkata, "Siapa yang ingin melaksanakan puasa 'Asyura, laksanakanlah. siapa yang tidak ingin, maka ia tidak melaksanakannya". Hadis riwayat Muslim dari Aisyah.
َنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ ». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ ». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
Rasulullah Saw sampai di kota Madinah, ia dapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa pada hari 'Asyura (10 Muharram), maka Rasulullah bertanya kepada mereka, "Hari apakah ini kamu melaksanakan puasa pada hari ini?". mereka menjawab, "Ini hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari in, Ia menenggelamkan Fir'aun dari kaumnya. maka Musa melaksanakn puasa bersyukur kepada Allah, maka kami melaksanakan puasa".
Rasulullah Saw berkata, "Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kamu".
Maka Rasulullah Saw melaksanakan puasa dan memerintahkannya. Hadits riwayat muslim dari Ibnu Abbas.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram dan shalat yang paling afdhal setelah shalat fardhu adalah shalat malam (tahajjud). hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ ».
Rasulullah Saw ditanya tentang puasa 'Asyura, beliau menjawab, “Mengampuni dosa setahun yang lalu”. Hadits riwayat Muslim.
Jumat, 04 November 2011
Kajian Hadits Masjid Akramunnas, Sabtu 9 Dzulhijjah 1432H / 5 November 2011M.
Kajian Hadits Masjid Akramunnas, Sabtu 9 Dzulhijjah 1432H / 5 November 2011M.
عن أبي هُرَيْرَة - رضى الله عنه - قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ » .
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang melaksanakan ibadah haji karena Allah, tidak melakukan rafats dan tidak melakukan fasiq, maka ia kembali seperti hari ibunya melahirkannya”. (HR. al-Bukhari, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Makna Rafats menurut Imam al-Azhari adalah semua yang diinginkan laki-laki terhadap perempuan. Dengan kata lain, ucapan dan perbuatan yang berbau seks.
Sedangkan makna Fasiq adalah semua perbuatan maksiat.
“Kembali dari melaksanakan ibadah haji seperti hari ia dilahirkan ibunya”, maknanya diampuni semua dosa-dosanya layaknya bayi yang baru saja keluar dari rahim ibunya.
Itulah keutamaan yang diberikan Allah Swt kepada orang yang melaksanakan ibadah haji hanya karena Allah Swt.
Inti dari ibadah haji adalah Wuquf di Arafah, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah Saw:
الْحَجُّ عَرَفَةُ
“Ibadah haji itu adalah (Wuquf) di Arafah”. (HR. at-Tirmidzi).
Dalam Wuquf itu manusia dilepaskan dari semua atributnya, ia berada dalam miniatur Yaum al-Mahsyar (Hari Berbangkit). Manusia dituntut merasakan apa yang akan terjadi di akhirat kelak. Jika selama ini informasi tentang itu hanya ia dapatkan dari telinga dan mata. Maka ketika di Arafah seluruh potensi dalam dirinya merasakan perasaan tersebut. Disanalah manusia diingatkan akan kelemahan dirinya di tengah kuasa Allah Yang Maha Agung.
عن أبي هُرَيْرَة - رضى الله عنه - قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ » .
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang melaksanakan ibadah haji karena Allah, tidak melakukan rafats dan tidak melakukan fasiq, maka ia kembali seperti hari ibunya melahirkannya”. (HR. al-Bukhari, an-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Makna Rafats menurut Imam al-Azhari adalah semua yang diinginkan laki-laki terhadap perempuan. Dengan kata lain, ucapan dan perbuatan yang berbau seks.
Sedangkan makna Fasiq adalah semua perbuatan maksiat.
“Kembali dari melaksanakan ibadah haji seperti hari ia dilahirkan ibunya”, maknanya diampuni semua dosa-dosanya layaknya bayi yang baru saja keluar dari rahim ibunya.
Itulah keutamaan yang diberikan Allah Swt kepada orang yang melaksanakan ibadah haji hanya karena Allah Swt.
Inti dari ibadah haji adalah Wuquf di Arafah, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah Saw:
الْحَجُّ عَرَفَةُ
“Ibadah haji itu adalah (Wuquf) di Arafah”. (HR. at-Tirmidzi).
Dalam Wuquf itu manusia dilepaskan dari semua atributnya, ia berada dalam miniatur Yaum al-Mahsyar (Hari Berbangkit). Manusia dituntut merasakan apa yang akan terjadi di akhirat kelak. Jika selama ini informasi tentang itu hanya ia dapatkan dari telinga dan mata. Maka ketika di Arafah seluruh potensi dalam dirinya merasakan perasaan tersebut. Disanalah manusia diingatkan akan kelemahan dirinya di tengah kuasa Allah Yang Maha Agung.
Kamis, 03 November 2011
PUASA ‘ARAFAH HARI SABTU.
Apa hukum melaksanakan puasa ‘Arafah hari Sabtu? Sedangkan berpuasa hari sabtu itu dilarang.
Jawaban:
Larangan berpuasa hari sabtu berdasarkan hadits:
لا تصوموا يوم السبت إلا فيما افترض الله عليكم فإن لم يجد أحدكم إلا لحاء عنبة أو عود شجرة فليمضغه
“Janganlah kamu melaksanakan puasa hari Sabtu, kecuali puasa yang diwajibkan bagi kamu. Jika salah seorang kamu tidak mendapatkan (makanan) melainkan kulit buah anggur atau batang kayu, maka hendaklah ia mengunyahnya”. Hadits ini disebutkan dalam Musnad Ahmad, dan kitab-kitab Sunan, kecuali Sunan an-Nasa’i. Ulama berbeda pendapat tentang hadits ini antara dha’if, hasan dan shahih.
Komentar Ibnu al-Qayyim:
قال العلامة ابن القيم بعد أن ذكر الحديث [ فقال مالك رحمه الله هذا كذب يريد حديث عبد الله بن بسر ذكره عنه أبو داود، قال الترمذي: هو حديث حسن، وقال أبو داود: هذا الحديث منسوخ وقال النسائي هو حديث مضطرب وقال جماعة من أهل العلم لا تعارض بينه وبين حديث أم سلمة فإن النهي عن صومه إنما هو إفراده وعلى ذلك ترجم أبو داود فقال باب النهي أن يخص يوم السبت بالصوم وحديث صيامه إنما هو مع يوم الأحد قالوا ونظير هذا أنه نهى عن إفراد يوم الجمعة بالصوم إلا أن يصوم يوماً قبله أو يوماً بعده ] زاد المعاد في هدي خير العباد 2/79-80.
Oleh sebab itu tidak perlu ragu melaksanakan puasa hari ‘Arafah yang insya Allah jatuh pada hari Sabtu 5 November 2011.
Kutipan fatwa Lembaga Fatwa Arab Saudi:
يجوز صيام يوم عرفة مستقلًا سواء وافق يوم السبت أو غيره من أيام الأسبوع لأنه لا فرق بينها؛ لأن صوم يوم عرفة سنة مستقلة وحديث النهي عن يوم السبت ضعيف لاضطرابه ومخالفته للأحاديث الصحيحة.
Boleh melaksanakan puasa ‘Arafah secara tersendiri, apakah jatuh pada hari Sabtu atau hari lain, karena tidak ada perbedaan diantara hari-hari tersebut. Karena puasa pada hari ‘Arafah adalah sunnat yang berdiri sendiri, sedangkan hadits larangan puasa pada hari Sabtu adalah hadits dha’if karena Idhthirab dan bertentangan dengan hadits-hadits shahih.
(Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Irsyad, juz. 12, hal. 483).
Jawaban:
Larangan berpuasa hari sabtu berdasarkan hadits:
لا تصوموا يوم السبت إلا فيما افترض الله عليكم فإن لم يجد أحدكم إلا لحاء عنبة أو عود شجرة فليمضغه
“Janganlah kamu melaksanakan puasa hari Sabtu, kecuali puasa yang diwajibkan bagi kamu. Jika salah seorang kamu tidak mendapatkan (makanan) melainkan kulit buah anggur atau batang kayu, maka hendaklah ia mengunyahnya”. Hadits ini disebutkan dalam Musnad Ahmad, dan kitab-kitab Sunan, kecuali Sunan an-Nasa’i. Ulama berbeda pendapat tentang hadits ini antara dha’if, hasan dan shahih.
Komentar Ibnu al-Qayyim:
قال العلامة ابن القيم بعد أن ذكر الحديث [ فقال مالك رحمه الله هذا كذب يريد حديث عبد الله بن بسر ذكره عنه أبو داود، قال الترمذي: هو حديث حسن، وقال أبو داود: هذا الحديث منسوخ وقال النسائي هو حديث مضطرب وقال جماعة من أهل العلم لا تعارض بينه وبين حديث أم سلمة فإن النهي عن صومه إنما هو إفراده وعلى ذلك ترجم أبو داود فقال باب النهي أن يخص يوم السبت بالصوم وحديث صيامه إنما هو مع يوم الأحد قالوا ونظير هذا أنه نهى عن إفراد يوم الجمعة بالصوم إلا أن يصوم يوماً قبله أو يوماً بعده ] زاد المعاد في هدي خير العباد 2/79-80.
Oleh sebab itu tidak perlu ragu melaksanakan puasa hari ‘Arafah yang insya Allah jatuh pada hari Sabtu 5 November 2011.
Kutipan fatwa Lembaga Fatwa Arab Saudi:
يجوز صيام يوم عرفة مستقلًا سواء وافق يوم السبت أو غيره من أيام الأسبوع لأنه لا فرق بينها؛ لأن صوم يوم عرفة سنة مستقلة وحديث النهي عن يوم السبت ضعيف لاضطرابه ومخالفته للأحاديث الصحيحة.
Boleh melaksanakan puasa ‘Arafah secara tersendiri, apakah jatuh pada hari Sabtu atau hari lain, karena tidak ada perbedaan diantara hari-hari tersebut. Karena puasa pada hari ‘Arafah adalah sunnat yang berdiri sendiri, sedangkan hadits larangan puasa pada hari Sabtu adalah hadits dha’if karena Idhthirab dan bertentangan dengan hadits-hadits shahih.
(Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Irsyad, juz. 12, hal. 483).